Dalam menghadapi Upacara Rapasan Baik itu Rapasan Diongan, Rapasan Sundun dan juga Rapasan Sapu Randanan pelaksanaannya tetap dilakukan sebanyak 2(dua) kali Upacara. Dimana pada Upacara yang pertama yang disebut Aluk Pia atau Aluk Banua pelaksanaannya dilakukan di halaman Rumah atau Tongkonan yang meninggal dengan terlebih dahulu membuat pondok-pondok dihalaman rumah atau tongkonan untuk ditempati seluruh keluarga selama upacara berlangsung. setelah Upacara Aluk Pia atau Aluk Banua selesai biasanya mayat akan disimpan diatas rumah atau Tongkonan untuk menunggu sampai pihak keluarga siap melaksanakan upacara yang kedua yaitu Aluk Palao atau Aluk Rante. waktu pelaksanaan Upacara kedua ini tergantung dari kesiapan keluarga terkadang ada yang cepat namun ada juga yang lama sampai bertahun-tahun lamanya baru Upacara yang kedua dilaksanakan.
Pelaksanaan Aluk Rante atau Aluk Palao ini dilaksanakan di Rante yang merupakan sebuah lapangan luas yang memang tempat khusus untuk melaksanakan Upacara Pemakaman. Dan saat pelaksanaan Aluk Palao atau Aluk Rante ini juga akan dibuat pondok-pondok di sekeliling Rante untuk ditempati seluruh keluarga dan tamu yang datang. Juga akan dibuat sebuah tempat khusus untuk menaruh mayat selama upacara berlangsung yang menyerupai Menara yang di sebuat Lakkian, dan juga akan dibuat sebuah Menara untuk Daging kurban yang disebut Bala’ Kayan yang didirikan ditengah Rante tempat berlangsungnya upacara.
Dalam melaksanakan Aluk Rante atau Aluk Palao ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu :
- Duba-duba atau Bola-bola yaitu usungan atau keranda mayat yang menyerupai Rumah adat Toraja yang akan digunakan untuk mengarak mayat/peti ke Rante tempat melangsungkan Upacara Pemakaman dan juga saat akan dibawa ke kuburan atau liang saat akan dimakamkan.
- Tau-tau yaitu patung dari orang yang meninggal juga harus disiapkan saat Upacara yang pertama atau Aluk Pia selesai. dimana Tau-tau ini akan diarak bersama dengan Duba-duba ke rante tempat upacara pemakaman saat upacara kedua akan dimulai yaitu upacara Aluk Palao. Tau-tau ini terbuat dari kayu pohon nangka. dimana kayu pohon nangka mempunyai arti tertentu untuk kehidupan manusia sesuai dengan Ajaran Aluk Todolo.
Setiap tingkatan Upacara Rapasan harus dibuatkan Tau - tau yang berarti bahwa Tau-tau ini melambangkan orang yang mati dan dianggap bahwa dalam tau-tau juga mempunyai roh makanya harus pula disajikan persembahan seperti yang disajikan kepada mayat yang meninggal. Mulai dari proses penebangan pohon nangka yang akan dibuat tau - tau dan selama proses pembuatan sudah dengan sajian - sajian. dan setelah proses pembuatan selesai maka tau - tau itu akan dilantik sebagai tau - tau yang menggambarkan diri orang yang mati itu yang dinakaman Massa'bu Tau-tau, dengan sajian kurban babi.
Tau - Tau biasanya diadakan juga untuk Upacara Didoya Tedong atau Dibatang tetapi pada upacara ini tau - taunya agak berbeda dengan yang pakai saat Upacara Rapasan. Makanya dalam Aluk Todolo tau - tau itu dikenal ada 2 (dua) macam yaitu :
Tau - Tau biasanya diadakan juga untuk Upacara Didoya Tedong atau Dibatang tetapi pada upacara ini tau - taunya agak berbeda dengan yang pakai saat Upacara Rapasan. Makanya dalam Aluk Todolo tau - tau itu dikenal ada 2 (dua) macam yaitu :
- Tau - Tau Lampa untuk Upacara Didoya Tedong atau Dibatang (lampa = Bambu) yaitu tau-tau yang dibuat dari sepotong bambu yang diberi bentuk dengan pakaian dan perhiasan dan menyerupai manusia yang juga diberikan sajian -sajian kurban.
- Tau - Tau Kayu atau Tau - Tau Nangka' (terbuat dari kayu pohon nangka) yaitu Tau -tau yang diperuntukkan untuk Upacara Rapasan, namun dapat juga diadakan pada Upacara Dipalimang Bongi dan Dipapitung Bongi karena sudah dikurbankan kerbau 5 (lima) ekor dan 7 (tujuh) ekor. karna syaratnya harus minimal 5 (lima) ekor Kerbau yang dikurbankan dan yang meninggal berasal dari kasta bangsawan.
Sebenarnya menurut Aluk Todolo semua orang mati harus dibuatkan tau-tau tetapi untuk Upacara Dipasang Bongi tidak dibuatkan karena adanya tau - tau pada upacara pemakaman di Toraja menyangkut pula kurban - kurban babi makanya untuk Upacara Dipasang Bongi tidak diadakan tau - tau kerena persediaan kurban - kurban yang terbatas sedangkan pada upacara pemakaman untuk kasta Tana' Bassi dan Tana' Bulawan diketahui bahwa kurban yang disediakan sangat banya.
Pada saat Upacara Pemakaman yang kedua pada Upacara Rapasan yaitu Aluk Palao atau Aluk Rante berlangsung maka tau - tau yang sudah didandani dengan pakaian kebesaran bangsawan Toraja lengkap dengan perhiasan, akan diarak bersama dengan mayat/peti mayat yang diletakkan diatas Duba-duba yang nantinya akan berakhir di Rante tempat upacara akan dilangsungkan.
selama Upacara Palao atau Upacara Rante berlangsung Tau - tau itu akan diletakkan disamping peti mayat atau dibawah kolong dari Lakkian (tempat khusus untuk menaruh mayat selama upacara berlangsung yang menyerupai menara). Tau - tau pada Upacara pemakan menurut Aluk Todolo menggambarkan bahwa orang yang meninggal itu adalah dari turunan bangsawan sehingga saat upacara pemakaman telah selesai dan mayat sudah dikuburkan makanya tau - tau yang dibuat itu akan ditempatkan di muka dari pintu Liang atau kuburan tempat dia dimakamkan yang akan nampak terlihat.
Dalam memperingati atau menghormati mayat pada waktu - waktu tertentu tau - tau punturut diganti pakaiannya serta diberikan juga sajian yang dalam hal ini berhubungan dengan Upacara Peringatan Arwah dan mayat Leluhur yang disebut Upacara Ma'Nene' yang sering terjadi dimana - mana yang caranya berbeda - beda pada masing - masing Daerah yaitu pada waktu Upacara Ma'Nene' ada Daerah yang mengganti bungkusan/pakaian mayat ada pula daerah yang hanya mengganti pakaian tau-tau, namun tujuannya tetap sama secara keseluruhan yaitu memperingati arwah leluhur yang namanya To Membali Puang yang dipercaya selalu memperhatikan dan memberi berkat kepada keturunannya.
Pada saat Upacara Pemakaman yang kedua pada Upacara Rapasan yaitu Aluk Palao atau Aluk Rante berlangsung maka tau - tau yang sudah didandani dengan pakaian kebesaran bangsawan Toraja lengkap dengan perhiasan, akan diarak bersama dengan mayat/peti mayat yang diletakkan diatas Duba-duba yang nantinya akan berakhir di Rante tempat upacara akan dilangsungkan.
selama Upacara Palao atau Upacara Rante berlangsung Tau - tau itu akan diletakkan disamping peti mayat atau dibawah kolong dari Lakkian (tempat khusus untuk menaruh mayat selama upacara berlangsung yang menyerupai menara). Tau - tau pada Upacara pemakan menurut Aluk Todolo menggambarkan bahwa orang yang meninggal itu adalah dari turunan bangsawan sehingga saat upacara pemakaman telah selesai dan mayat sudah dikuburkan makanya tau - tau yang dibuat itu akan ditempatkan di muka dari pintu Liang atau kuburan tempat dia dimakamkan yang akan nampak terlihat.
Dalam memperingati atau menghormati mayat pada waktu - waktu tertentu tau - tau punturut diganti pakaiannya serta diberikan juga sajian yang dalam hal ini berhubungan dengan Upacara Peringatan Arwah dan mayat Leluhur yang disebut Upacara Ma'Nene' yang sering terjadi dimana - mana yang caranya berbeda - beda pada masing - masing Daerah yaitu pada waktu Upacara Ma'Nene' ada Daerah yang mengganti bungkusan/pakaian mayat ada pula daerah yang hanya mengganti pakaian tau-tau, namun tujuannya tetap sama secara keseluruhan yaitu memperingati arwah leluhur yang namanya To Membali Puang yang dipercaya selalu memperhatikan dan memberi berkat kepada keturunannya.
Post a Comment for "Aturan Pembuatan Tau - Tau untuk Upacara Rapasan berdasarkan Aluk Todolo"