Aturan dan Tujuan Kurban dalam Upacara Aluk Rambu Solo'

toraja culture



Upacara Rambu Solo’ atau Upacara Rampe Matampu’ adalah Upacara Pemakaman bagi orang Toraja yang masih sangat terikat dengan keyakinan Aluk Todolo. Karena bagi orang Toraja, orang yang telah meninggal tidak dapat begitu saja dimakamkan terutama orang yang sudah berumur dan masih terikat dengan adat yang perlu dimakamkan dengan Upacara yang akan memakan waktu sekurang-kurangnya satu hari upacara. Karna orang yang masih diikat oleh adat harus dimakamkan sesuai dengan Proses Upacara menurut adat hidup dari orang yang meninggal.

Dan menurut keyakinan Aluk Todolo, seseorang yang baru saja meninggal dianggap belum sepenuhnya meninggal tetapi dikatakan sebagai orang yang masih sakit yang dinamakan To Makula’ (To = Orang, Makula’ = Sakit) sehingga keluarganya masih tetap menyajikan makanan dan minuman didalam pinggan dan cangkir seperti waktu dia masih hidup. Barulah orang yang meninggal dianggap benar-benar meninggal pada saat Upacara Pemakaman dari orang yang meninggal tersebut mulai dilaksanakan yang dinamakan di Doya (Duduk ditunggui) dan mulai saat itu makanan dan minuman tidak lagi disajikan didalam pinggan dan cangkir tetapi makannya disajikan diatas daun pisang dan minumannya didalam bambo.

Menurut kepercayaan Aluk Todolo kematian itu adalah semata-mata hanyalah suatu proses perubahan status dari manusia yang menjadi manusia roh  di alam gaib karna keadaan hidup dari orang yang mati akan sama dengan keadaan mati di alam gaib hanya saja perbedaanya sudah tidak dapat dilihat dan diraba. Sehingga berdasarkan keyakinan Aluk Todolo ini maka seseorang yang mati harus dirawat dan diperlakukan seperti saat orang itu masih hidup seperti mempersiapkan seluruh keperluannya bekal dan perlengkapan yang akan dipergunakan di alam gaib nanti disuatu tempat yang bagi orang Toraja disebut Puya (Tempat berkumpulnya arwah-arwah).

Bekal dan perlengkapan utama dalam hal ini untuk dipergunakan di alam gaib nanti terdiri dari Kurban-kurban yang akan dikurbankan pada saat Upacara Rambu Solo nanti yaitu kerbau dan babi serta harta dan perhiasan lainnya. Karena menurut kepercayaan Aluk Todolo semua harta benda dan hewan itu juga mempunyai roh. Inilah sebabnya salah satu sebab orang Toraja menurut Aluk Todolo harus mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya selama masih hidup yang maksudnya bahwa sisa dari pada kebutuhan dibumi akan dipergunakan untuk mengupacarakan pemakamannya dengan kurban kerbau dan babi sebanyak mungkin yang mempunyai tujuan :
  • Menjadi bekal atau harta bendanya di alam baka atau alam gaib nanti.
  • Menentukan kedudukan Arwahnya nanti yang dinamakan To Membali puang di alam gaib nanti. Karena menurut kepercayaan Aluk Todolo bahwa arwah yang dating di Puya dengan tidak membawa bekal dari dunia tidak akan diterima secara wajar di puya nanti.
  • Sebagai suatu hal yang menentukan martabat dari keturunannya dalam masyarakat selanjutnya.
Dari sini jelas perbedaan fungsi kurban kerbau dan babi pada Upacara Rambu Tuka’ dan fungsi kurban kerbau dan babi pada Upacara Rambu Solo’. Dimana kuban kerbau dan babi pada Upacara Rambu Tuka’ dikurbankan untuk penyembahan dan pemujaan kepada Puang Matua, Deata-deata, dan To Membali Puang. Sedangkan pada Upacara Rambu Solo’ Fungsi kurban kerbau dan babi adalah dikurbankan untuk orang yang meninggal sebagai bekal dan perlengkapan dia di Alam gaib nanti disamping itu dagingnya dibagikan sebagai kurban sosial kepada masyarakat menurut adat.

Disamping sebagai bekal untuk kea lam gaib dan sebagai kurban sosial untuk masyarakat, pada prosesi Pemakaman ini adalah untuk memenuhi tuntutan adat hidup dan pergaulan hidup orang yang meninggal. Makanya kurban ini disesuaikan dengan kasta dari orang yang meninggal yang dalam Bahasa Toraja kasta disebut Tana’. Dan masyarakat Toraja mengenal susunan tingkatan kasta sebagai berikut.
  1. Tana’ Bulawan yaitu Kasta Bangsawan Tinggi.
  2. Tana’ Bassi yaitu Kasta Bangsawan Menengah
  3. Tana’ Karurung yaitu Kasta Rakyat Merdeka atau masyarakat biasa.
  4. Tana’ Kua-kua yaitu Kasta Hamba ( yang dijadikan suruhan oleh Kasta Tana’ Bulaan dan Tana’ Bassi.
Oleh karena tingkatan kasta sangat menentukan dan mempengaruhi pelaksanaan dari Upacara Rambu Solo’ dalam Aluk Todolo, maka setiap orang yang meninggal akan menjadi pokok pikiran keluarganya dimana yang paling pertama adalah mengetahui kasta dari orang yang meninggal itu. Dan setelah itu baru memperhitungkan kemampuan pengadaan kurban permakaman. Karna prosesi dan jumlah kurban pemakaman telah ditentukan dan diatur berdasarkan dari kasta seseorang yang tidak bisa dengan sembarang dilakukan karna.

Post a Comment for "Aturan dan Tujuan Kurban dalam Upacara Aluk Rambu Solo'"

Template Blogger Terbaik Rekomendasi