Pada artikel Sebelumnya telah di ceritakan bahwa sejak dari kekuasaan anak – anak Tangdilino’ dan turunannya mulailah terbagi Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo menjadi tiga daerah adat besar dan dengan gelar masing- masing untuk Penguasa adat dari tiap- tiap daerah tersebut.
Dan dalam perkembangannya tiap – tiap daerah adat tersebut masing – masing terdapat Ahli adat dan ahli agama sebagai orang yang pertama menyebarkan dan menyusun pelaksanaan dari Aluk Sanda Pitunna pada tiap daerah adat. Antara lain sebagai berikut :
- Daerah sebelah timur yang merupakan daerah adat Pekamberan atau daerah di Ambe’I berkembang dan dibina berdasarkan aturan pelaksanaan dari Siambe’ Pong Pasontik.
- Daerah bagian tengah yang merupakan daerah adat kapuangan atau padang di Puangngi berkembang dan dibina berdasarkan aturan pelaksanaan dari Puang Pabane’.
- Daerah bagian barat yang merupakan daerah Kama’dikaan atau padang di Ma’dikai berkembang dan dibina berdasarkan aturan pelaksanaan dari Ma’dika Tangdililing atau Pondan Padang.
Dalam sejarah toraja mulai dari zaman kedatangan penduduk pertama menginjakkan kaki di Toraja hingga Abad ke XII, Toraja telah mengalami tiga kali perobahan bentuk kekuasaan dan pemerintahan dengan Gelar masing – masing bagi Penguasa – Penguasanya karena mengikuti gelombang datangnya Penguasa – Penguasa tiap – tiap gelombang masing – masing yaitu :
- Penguasa yang pertama datang dengan Gelar Ambe’ atau Siambe’ Pong ( berasal dari Ambe’ Arroan dan Pong Pararrak ) sehingga terjadilah gelar Siambe’ Pong, Contohnya : Siambe’ Pong Tiku,Siambe’ Pong Simpin ,Siambe’ Pong Maramba’, dan masih banyak lagi.
- Penguasa yang kedua dengan gelar Puang sebagai penguasa yang terbentuk / terjadi dari Bamba Puang daerah selatan Toraja asalnya dari Puang Lembang ( Pemilik Perahu ).yang setiap penguasa itu bernama sesuai dengan nama Tongkonan atau tempat mereka tinggal. Contohnya : Puang ri Buntu,Puang ri Papan Sura’ ,Puang ri Tabang, dan masih banyak lagi.
- Penguasa yang ketiga dengan gelar Ma’dika yaitu gelar yang diciptakan oleh Tangdilino’ dari Banua Puan Marinding yaitu seorang Puang yang memerdekakan diri dari aturan dan kungkungan Puang yang berada di Bamba Puang. Dan mungkin gelar Ma’dika itu berasal dari kata Maradeka ( Merdeka Bebas ). Dimana Gelar ini dipakai dibagian Barat Toraja. Yang mana dalam pemakaian gelar ini selalu di hubungkan daerah kekuasan penguasa itu, seperti : Ma’dika Simbuang, Ma’dika Mamasa, Ma’dika Ulu salu, dan masih banyak lagi.
Dengan adanya tiga pembagian daerah adat di Toraja atau Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo berdasarkan Aluk Sanda Pitunna dari Banua Puan di Marinding berarti tiap –tiap daerah adat itu tidak menguasai satu sama lain namun tetap merupakan satu kesatuan Negeri yang bernama Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo dan keadaan ini berlaku sampai datangnya Penguasa baru dengan satu Zaman tersendiri yang dikenal dalam sejarah Toraja dengan Zaman datangnya Tomanurun – Tomanurun di Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo pada permulaan Abat ke -13.
Post a Comment for "Penyebaran Aluk Sanda Pitunna di Toraja Bagian Kedua."