Setelah Belanda menaklukkan seluruh Kerajaan yang berada di sekitar Toraja dan terakhir menaklukkan kerajaan Luwu’ maka tentara Kolonial Belanda melanjutkan expedisinya ke Toraja. Dimana tentara belanda pertama kali datang di Toraja di daerah bagian Utara dan Belanda dapat menguasai Toraja pada bulan Maret tahun 1906.
Kedatangan Belanda ini meskipun dapat menguasai Toraja tapi tetap mendapatkan Perlawanan dari masyarakat Toraja. Tentara –tentara belanda ini mendapatkan perlawanan – perlawanan yang cukup lama dari masyarakat Toraja dan Bangsawan – Bangsawan Toraja. Seperti :
- Siambe’ Pongtiku
- Siambe’ Pong Simpin
- Puang Laso Rinding
- Puang Alla’
- Ua’ Saruran
- Bombing.
Sebelum Tentara Belanda memasuki Toraja seluruh bangsawan – bangsawan Toraja mengadakan kesepakatan akan melawan tentara Belanda meskipun mereka dalam keadaan sedang Perang saudara. Karena mendengar kedatangan tentara Belanda maka perang saudara di Toraja berhenti dan semua bangsawan dan Masyarakat Toraja memusatkan perhatian akan kedatangan Belanda yang disebut oleh orang Toraja Bangsa yang berkulit Putih dan bermata kucing.
Kesepakatan itu dihasilkan dari suatu musyawarah seluruh Pemimpin dan bangsawan Toraja yang saat itu di adakan di Buntu Pune Kesu’ ( kediaman Pong Maramba’) kemudian dilanjutkan di Kalambe’. Kesepakatan itu menyatakan bahwa
Kesepakatan itu dihasilkan dari suatu musyawarah seluruh Pemimpin dan bangsawan Toraja yang saat itu di adakan di Buntu Pune Kesu’ ( kediaman Pong Maramba’) kemudian dilanjutkan di Kalambe’. Kesepakatan itu menyatakan bahwa
Menggalang persatuan antar penguasa dengan menghilangkan semua benih - benih perpecahan dan mengangkat Pongtiku sebagai Panglima Perang, sedang Pong Maramba’ dan penguasa - penguasa adat lainnya sebagai Panglima Pasukan Penghancur. Kesepakatan mereka didasari Motto : “ Misa’ Kada Dipotuo Pantan Kada Dipomate”.
Tetapi karna sesuatu hal maka timbul perselisihan antara Bangsawan – bangsawan Toraja yang tidak dapat diperbaiki lagi maka perlawana melawan tentara Belanda dilakukan sendiri – sendiri sesuai dengan kemampuan dan cara masing – masing Bangasawan Toraja.
Dan yang Pahlawan – Pahlawan Toraja yang paling terakhir ditundukkan oleh Tentara Belanda pada saat itu ialah Siambe' Pongtiku yang mengadakan perlawanan berbulan – bulan lamanya.kemudian beliau tertangkap dalam suatu pengepungan benteng beliau di bagian Utara pegunungan Toraja pada Tanggal 30 juni 1907 dan beliau ditawan di markas Belanda di Rantepao. Kemudian pada tanggal 10 juli 1907 ditembak mati oleh belanda di pinggir sungai Sa’dan sebagai seorang Pahlawan Toraja yang tidak mau dijajah oleh Belanda pada saat itu.
Sejak saat itu Pendudukan pemerintah Kolonial Belanda menjadi sangat lancer karena tetap memberikan kekuasaan kepada tiap – tiap Bangsawan Toraja untuk tetap menguasai daerahnya masing – masing sebagai peguasa adat namun harus taat kepada Belanda sebagai Kepala daerah Onder Afdeeling. Yang kemudian tentara belanda membagi tiga bagian daerah Toraja yang masing – masing bagian digabungkan pada daerah lain dalam bentuk pemerintahan Onder Afdeeling yaitu :
- Onder Afdeeling Enrekang untuk bagian Selatan Toraja. Yang kemudian digabung lagi dengan Onder Afdeeling Pare – Pare.
- Onder Afdeeling Mamasa untuk Bagian Barat Toraja, yang digabung lagi dengan Onder Afdeeling Mandar.
- Onder Afdeeling Makale – Rantepao untuk Bagian Utara dan Timur Toraja, dan digabung pada Onder Afdeeling Luwu’
Post a Comment for "Masuknya Pemerintah Kolonial Belanda di Toraja"